Bagaimana nasib mantan Presiden AS George W Bush paska meninggalkan kursi kekuasaan?
Seperti diberitakan sebelumnya, Senator Patrick
Leavy dari Partai Demokrat yang juga mengepalai Komite Yuridis di Senat
AS menyerukan pembentukan "Komisi Kebenaran" untuk menyelidiki dugaan
adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan mantan presiden George W.
Bush selama masa pemerintahannya.
Dan sejauh ini telah ditemukan beberapa bukti kuat
yang menyatakan Bush telah melakukan kejahatan perang selama masa
pemerintahannya.
Bush, ayah dari mantan presiden George W. Bush,
dituduh terlibat dalam aksi terorisme, mafia, dan penjualan obat bius,
baik selama menjabat sebagai sebagai pimpinan CIA (1976-1977) maupun
ketika menjabat sebagai Wakil Presiden (1980-1988) hingga ketika menjadi
Presiden (1989-1992). Selain terbukti terlibat dalam pembunuhan
Presiden Kennedy, dia juga dituduh telah melanggar konvensi Jenewa
ketika sedang bertugas sebagai pilot pesawat AS selama masa perang. dia
dituduh menyerang nelayan yang sedang berada dalam sekoci penyelamat
pada saat perang dunia II. Orang terakhir yang menyatakan tuduhan ini
adalah mantan diktator Panama dan antek CIA, Jenderal Manuel Noriega,
yang pada saat ini sedang menjalani hukuman 40 tahun penjara di Amerika
Serikat. "Pembunuh berdarah dingin" adalah julukan yang dia berikan pada
Bush ketika dia menceritakan kejadian pembantaian nelayan Jepang yang
sedang terapung di sekoci penyelamat. Bush masih tetap menembak mereka
semua meskipun mereka sudah mengangkat tangan dan menyerah, hal tersebut
terjadi pada 1944. Menurut The Observer, Bush menolak tuduhan tersebut.
Dalam wawancaranya dengan The Observer, Noriega
juga menyatakan bahwa Bush bertanggung jawab atas beberapa peledakan di
Palestina ketika dia menjabat sebagai pimpinan CIA pada 1976. Peledakan
tersebut menghancurkan mobil milik William Drummond, seorang penduduk AS
terkemuka yang menghuni Zona Canal. Dia adalah seorang yang cukup tegas
dalam menyuarakan kritik dari perundingan AS dan Panama, dan ledakan
tersebut konon telah diatur oleh CIA sebagai upaya menekan penduduk AS
untuk mengakhiri perlawanan terhadap perjanjian tersebut.
Noriega Berkata, "Kedutaan AS di Panama tidak
mengetahui rencana tersebut dan merasa panik…jadi Bush harus menenangkan
kedutaan tersebut – dia menciptakan masalah untuk memecahkan masalah
lainnya"
Bush menyangkal klaim dari Noriega
Beberapa informasi didapatkan dari diskusi yang
dilakukan terhadap William Blum dalam CIA : "Sejarah yang Terlupakan".
Pada pertengahan tahun 70 an, CIA mendanai beberapa kelompok teroris
kuba seperti Omega 7 dan Alpha 66, yang menggunakan AS sebagai surga
keamanan untuk melancarkan serangan terhadap Kuba. Pada 1976, sebuah bom
ditemukan di Akademi Musik New York tepat sebelum perayaan Revolusi
Kuba dimulai dan peledakan terhadap Lincoln Center setelah tim balet
Kuba baru saja mengakhiri pentas mereka.
Jepang menuduh Bush sebagai penjahat perang.
Tuduhan ini dilancarkan pada awal 1997. Hal ini
merupakan respon dari tindakan AS yang menjebloskan 16 warga jepang
dalam penjara yang berada di AS dengan tuduhan kejahatan perang pada
Perang Dunia II. Juru bicara kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan
bahwa 10 orang AS dapat dimasukkan penjara atas tuduhan kejahatan perang
dan pelanggaran HAM, dengan urutan nama teratas adalah George W Bush
atas pembantaian ribuan penduduk sipil, termasuk ribuan anak anak dalam
serbuan ke Irak dan Panama.
Tuduhan paling serius yang pernah ditujukan pada
CIA adalah peristiwa peledakan pesawat penumpang kuba tepat setelahlepas
landas dari Barbados pada 6 oktober 1976. Serangan tersebut, yang
disebut-sebut didalangi oleh teroris pengasingan Kuba (CORU), menewaskan
73 orang, termasuk semua anggota Tim Olimpiade Anggar Kuba. Bush
menjabat sebagai pimpinan CIA pada waktu itu.
The Guardian melaporkan bahwa eksistensi dari
Operasi Trik Kotor merupakan sebuah rencana untuk menyalahkan Kuba atas
semua kecelakaan dan kejadian yang terjadi selama John Glenn
memprakarsai penerbangan orbit pada 20 februari 1962. hal ini dapat
terjadi dengan cara memanufaktur potongan2 bukti yang ada yang dapat
membuktikan campur tangan kuba. Bukti2 yang ada mencapai lebih dari 1500
halaman dokumen rahasia yang dirilis oleh Assassination Records Review
Board (Dewan Peninjau Catatan Pembunuhan ), sebuah agensi yang memantau
laporan-laporan yang terkait dengan pembunuhan Presiden Kennedy pada
1963.
Pada Maret 1962, memorandum tentara AS yang
berjudul Possible Actions to Provoke (tindakan tindakan yang dapat
dilakukan), mencoba memfitnah Kuba dengan menembak jatuh pesawat AS dan
menyalahkannya pihak Kuba. Tindakan ini memberikan bukti2 yang
meyakinkan bahwa pesawat tempur Kuba telah menembak jatuh pesawat sipil
AS untuk kemudian dapat menyalahkan teroris Kuba.
Memo tersebut juga menawarkan pengembangan strategi
kepada teroris Kuba dengan rencana menenggelamkan kapal Kuba dengan
rute Florida. Rencana ini merupakan rencana AS sebagai metode untuk
mengkudeta pemerintahan Fidel Castro yang populer pada masa itu dan
menggantinya dengan mafia dan otokrat yang mendukung rezim Batista
hingga revolusi di tahun 1959 meledak.
Mantan duta besar Salvador Allende untuk AS,
Orlando Letelier dan asistennya, Ronni Moffitt dibunuh pada 21 september
1976, juga ketika Bush menjadi pimpinan CIA. Mereka dibunuh dengan
peledak jarak jauh yang menghancurkan mobil Letelier ketika melewati
Massachusetts Avenue. Allende President Marxist pertama yang dipilih
secara demokrasi yang diusir paksa oleh operasi berdarah CIA yang
berlatar belakang kudeta berakhir dengan pembunuhan atas dirinya.
Serangan pada Letelier pada akhirnya dihubungkan dengan CORU.
Selama 4 bulan pembentukannya pada 1976, CORU
mengklaim telah membunuh 76 orang di Utara dan Selatan Amerika. CORU
juga disinyalir sebagai pendukung utama CIA. Anggota CORU juga mempunyai
hubungan dekat dengan DINA, polisi rahasia Chili. Banyak anggota CORU
juga bekerja dengan pergerakan kontra teroris CIA di nikaragua.
Di bawah kepemimpinan Bush, CIA mengeluarkan
laporan palsu yang tidak hanya membersihkan kediktatoram militer Chili
namun juga memberikan arah yang salah kepada penyelidikan FBI.
Penafsiran gadungan oleh CIA tersebar melalui banyak media massa pada
saat itu, termasuk Newsweek.
Dalam laporan sebanyak 21 halaman kepada kongres
pada 18 september 2000, CIA secara resmi mengakui untuk pertama kalinya
bahwa otak serangan teroris, ketua intelejen Chili Manuel Contreras,
merupakan aset dari CIA. Laporan tersebut baru dikeluarkan hampir 24
tahun setelah pembunuhan Letelier dan Moffitt. Dalam laporannya yang
baru, CIA juga mengakui bahwa mereka berkonsultasi dengan Contreas pada
oktober 1976 mengenai pembunuhan tersebut.
Bush, yang ketika itu adalah kandidat Presiden dari
Partai Republik, tidak pernah menjelaskan perannya dalam mengarang
cerita palsu yang mengalihkan perhatian publik dari teroris yang
sebenarnya. Bush juga tidak pernah menjelaskan apa yang dia ketahui
tentang operasi intelejen Chili saat mendekati hari terbunuhnya Letelier
dan Moffitt. Pada 1988 Parry mengatakan bahwa ketika Wakil Presiden
Bush sedang mengutip pekerjaan CIA nya sebagai bagian penting dari
pengalamannya ketika berada di pemerintahan, dia mengajukan pertanyaan
mengenai apa tindakan yang Bush lakukan ketika peristiwa pembunuhan
tersebut terjadi, kepala staff Bush, Craig Fuller, membalas dengan
mengatakan, "Bush tidak akan berkomentar lebih jauh tentang permasalahan
yang diajukan dalam surat tersebut."
Tuduhan Keempat : Terlibat Dalam Terorisme Italia
Pada Februari 2000, menurut The Guardian, Bush memberikan bukti dalam percobaan terorisme, di tengah-tengah klaim bahwa CIA mengetahui apa yang terjadi pada peledakan Italia 30 tahun yang lalu. 4 orang tersangka Neo-Fasisme dituduh memasang bom di Milan yang menewaskan 16 orang. Hal itu menjadi sebuah pemahaman umum bahwa peledakan tersebut dan serangan-serangan setelahnya, seperti pembantaian rel Bologna pada 1980, merupakan bagian dari strategi tekanan untuk mengacaukan stabilitas negara dan untuk mengurangi dukungan kepada Partai Komunis. Salah seorang tersangka dituduh, seperti ayahnya, sebagai informan CIA. Seorang hakim penyelidik, Guido Salvini menyatakan bahwa agen-agen AS bertanggungjawab atas munculnya strategi politik seperti itu, meskipun mereka tidak sepenuhnya turut campur secara langsung, namun melalui organisasi-organisasi yang jika dilacak tidak dapat merujuk ke arah mereka.
Nampaknya, permasalahan utama dalam sidang tersebut adalah bagaimana agen AS sangat mengetahui rencana pemboman tersebut namun tidak melakukan apa apa, bahkan lebih buruk menurut media massa, mendukungnya. Dengan demikian sidang memutuskan untuk memanggil pimpinan CIA pada 1960 hingga sekarang, termasuk Bush, untuk bersaksi. Berdasarkan buku Puppet Masters : The Political Use of Terrorism in Italy oleh Phillip Willan (Constable, London, 1993), Bush mempunyai hubungan dengan Lucio Gelli, ketua P2 pondok kebatinan yang kurang begitu populer. Gelli berkata dalam sebuah wawancara bahwa dia hanya pernah menemui Bush pada 1981, tidak ketika Bush menjabat sebagai pimpinan CIA pada 1976, yang kemudian diklaim bahwa dia menghabiskan seminggu penuh dengan George Bush pada saat inagurasinya sebagai wakil presiden tahun 1981. Willan berpikir, "Apa yang mungkin dilakukan dua orang yang baru saja bertemu selama seminggu penuh?"
Pada Februari 2000, menurut The Guardian, Bush memberikan bukti dalam percobaan terorisme, di tengah-tengah klaim bahwa CIA mengetahui apa yang terjadi pada peledakan Italia 30 tahun yang lalu. 4 orang tersangka Neo-Fasisme dituduh memasang bom di Milan yang menewaskan 16 orang. Hal itu menjadi sebuah pemahaman umum bahwa peledakan tersebut dan serangan-serangan setelahnya, seperti pembantaian rel Bologna pada 1980, merupakan bagian dari strategi tekanan untuk mengacaukan stabilitas negara dan untuk mengurangi dukungan kepada Partai Komunis. Salah seorang tersangka dituduh, seperti ayahnya, sebagai informan CIA. Seorang hakim penyelidik, Guido Salvini menyatakan bahwa agen-agen AS bertanggungjawab atas munculnya strategi politik seperti itu, meskipun mereka tidak sepenuhnya turut campur secara langsung, namun melalui organisasi-organisasi yang jika dilacak tidak dapat merujuk ke arah mereka.
Nampaknya, permasalahan utama dalam sidang tersebut adalah bagaimana agen AS sangat mengetahui rencana pemboman tersebut namun tidak melakukan apa apa, bahkan lebih buruk menurut media massa, mendukungnya. Dengan demikian sidang memutuskan untuk memanggil pimpinan CIA pada 1960 hingga sekarang, termasuk Bush, untuk bersaksi. Berdasarkan buku Puppet Masters : The Political Use of Terrorism in Italy oleh Phillip Willan (Constable, London, 1993), Bush mempunyai hubungan dengan Lucio Gelli, ketua P2 pondok kebatinan yang kurang begitu populer. Gelli berkata dalam sebuah wawancara bahwa dia hanya pernah menemui Bush pada 1981, tidak ketika Bush menjabat sebagai pimpinan CIA pada 1976, yang kemudian diklaim bahwa dia menghabiskan seminggu penuh dengan George Bush pada saat inagurasinya sebagai wakil presiden tahun 1981. Willan berpikir, "Apa yang mungkin dilakukan dua orang yang baru saja bertemu selama seminggu penuh?"
Dua tahun setelah Bush meninggalkan CIA, Perdana
Menteri Italia, Aldo Moro, dibunuh pada Mei 1978, seakan akan oleh
Brigade Merah, dan pada September 1978, Paus meninggal dalam keadaan
perselisihan. Puppet Masters menggambarkan bagaimana tahap pertama dari
terorisme yang terjadi di Italia hingga 1974 sebagai terorisme sayap
kanan dan peledakan tanpa pandang bulu terhadap rakyat sipil.
Willan menyatakan bahwa strategi tersebut merupakan
hasil dari persetujuan rahasia NATO dalam menghukum tingkat tertinggi
dari persekutuan Atlantik – suatu hal yang sangat lekat dengan
keterlibatan CIA. Hal itulah kenapa Bush dipanggil untuk memberikan
pernyataan dan bukti di Italia.
Satu hal yang dikhawatirkan oleh keluarga Bush
adalah pembebasan Jenderal Noriega dari penjaranya di AS. Jika hal ini
terjadi, dia dapat menceritakan semua borok CIA dalam hubungannya dengan
industri kokain di Amerika Latin dalam hal mempersenjatai dan mendanai
kontra teroris di Nikaragua selama 1980. juga terdapat kemungkinan
bahwa, pada akhirnya, CIA dan mantan Presiden Bush akan dimintai
pertanggungjawabannya atas pembunuhan Letelier di Washington dan atas
dukungan mereka terhadap kudeta di Chili yang memberikan tampuk
kekuasaan pada Jenderal Pinochet.
Dengan seluruh daftar kekejaman pemerintahan Bush diatas, maka terpilihnya Bush sebagai Presiden AS juga meninggalkan misteri yang cukup besar bagi dunia.
Bahkan beberapa saat sebelum jabatannya selaku Presiden AS berakhir, Bush membongkar rahasia-rahasia AS.
Dia tetap memertahankan kebijakannya di Timur
Tengah, namun dia mengatakan penerusnya, Barack Obama, akan mendapat
"warisan" masalah berat yang sedang dihadapi Amerika.